Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Bunda, Stop Berteriak ke Anak, Dampaknya Bisa Buruk

Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 25 Feb 2021

Selama pandemi, berapa kali Bunda meneriaki Si Kecil karena dia sulit konsentrasi saat harus ikut program belajar jarak jauh? Sejumlah orangtua mungkin sempat hilang sabar karena stres saat harus mendapingi anak dalam belajar, sementara juga harus bekerja sekaligus mengurus rumah tangga. Berteriak mungkin sebagai cara untuk menarik perhatian Si Kecil agar ia mendengarkan Bunda. Namun sejatinya, teriakan adalah sebuah ‘bahasa’ yang tidak nyaman dan justru bisa berdampak negatif bagi anak.

Penelitian menunjukkan bahwa meneriaki anak-anak sama berbahayanya dengan memukul mereka. Riset yang dipublikasikan di National Institutes of Health (NIH) menemukanbahwa berteriak membuat anak-anak lebih agresif, secara fisik dan verbal. Berteriak secara umum, apa pun konteksnya, merupakan ekspresi kemarahan. Itu membuat takut anak-anak dan membuat mereka merasa tidak aman - bahkan terhadap orangtua sendiri (jika orangtua yang berteriak atau membentak).Ketenangan, di sisi lain bersifat akan meyakinkan, yang membuat anak-anak merasa dicintai dan diterima meski berperilaku buruk.

Jika meneriaki anak-anak bukanlah hal yang baik, berteriak yang disertai caci maki dan hinaan dapat dikualifikasikan sebagai pelecehan emosional. Ini terbukti memiliki efek jangka panjang, seperti kecemasan, harga diri rendah, dan peningkatan agresi.Hal ini juga membuat anak-anak lebih rentan terhadap penindasan karena pemahaman mereka tentang batasan yang baik dan harga diri tidak tepat.

Seorang anak yang kerap dibentak lebih cenderung menunjukkan perilaku bermasalah, sehingga menimbulkan lebih banyak teriakan. Ini lingkaran setan yang menyedihkan. Bunda/Ayah pernah dimarahi, tentu mudah paham bahwasuara keras tidak membuat pesan menjadi lebih jelas. Anak-anak juga tidak berbeda. Berteriak akan membuat mereka mengabaikan dan membuat perilaku disiplin akan lebih sulit dijalankan.

Joseph Shrand, Ph.D., instruktur psikiatri di Harvard Medical School dan penulis Outsmarting Anger: 7 Strategies for Defusing Our Most Dangerous Emotion dikutip dari laman WebMD, mengatakan anak-anak akan lebih sedikit mendengarkan ketika mereka diteriaki. Begitu Bunda mulai meninggikan suara, sistem limbik anak mulai aktif (sistem limbik merupakan bagian kuno dari otak yang bertanggung jawab, antara lain, respons melawan-atau-lari). Hasilnya mungkin berlawanan dengan yang diharapkan, karena anak-anak akan bersikap diam, melawan, atau melarikan diri dari situasi semacam itu.

Anak-anak yang memiliki hubungan emosional yang kuat dengan orang tua lebih mudah untuk didisiplinkan. Ketika anak-anak merasa aman dan dicintai tanpa syarat, mereka akan lebih menerima dialog dan mendengarkan sebelum konflik meningkat menjadi episode teriakan kemarahan.

Merasa frustrasi dengan anak-anak adalah hal yang wajar, terutama jika mereka berperilaku tidak baik. Tetapi cara orangtua mengekspresikan rasa frustrasi ini dan menghadapi situasi tersebut dapat berdampak besar pada perkembangan kepribadian dan kesehatan jangka panjang mereka.Faktanya, tindakan pendisiplinan orang tua yang keras, seperti berteriak, dapat berdampak lebih besar pada anak-anak daripada yang diyakini sebelumnya.

Berikut ini sejumlah dampak jangka panjang dari teriakan dan bentakan terhadap anak-anak, dirangkum dari laman Healthline dan WebMD:

Memperburuk masalah perilaku

Jangan pernah berpikir bahwa meneriaki anak-anak dapat menyelesaikan masalah pada saat itu atau dapat mencegah mereka berperilaku buruk di masa depan. Penelitian menunjukkan bahwa hal itu sebenarnya bisa menciptakan lebih banyak masalah dalam jangka panjang. Berteriak justru dapat membuat perilaku anak semakin buruk. Artinya, orangtua harus lebih banyak berteriak untuk mencoba memperbaikinya. Dan siklus itu terus berlanjut.Tidak ada perbedaan apakah disiplin keras datang dari Ayah atau Bunda. Hasilnya sama: Masalah perilaku menjadi lebih buruk.

2. Berteriak mengubah cara otak mereka berkembang

Berteriak dan teknik pengasuhan yang keras lainnya benar-benar dapat mengubah cara otak anak berkembang. Itu karena manusia memproses informasi dan peristiwa negatif lebih cepat dan menyeluruh daripada informasi yang baik. Sebuah studimembandingkan pemindaian MRI otak orang-orang yang memiliki riwayat pelecehan verbal oleh orangtua di masa kanak-kanak dengan pemindaian orang-orang yang tidak memiliki riwayat pelecehan. Studi menemukan perbedaan fisik yang mencolok di bagian-bagian otak yang bertanggung jawab untuk memproses suara dan bahasa.

3. Berteriak memicu depresi

Selain anak-anak yang merasa sakit hati, takut, atau sedih ketika orangtua mereka membentak/berteriak, pelecehan verbal memiliki kemampuan untuk menyebabkan masalah psikologis yang lebih dalam yang dibawa ke masa dewasa.Dalam studi yang melacak peningkatan masalah perilaku pada anak usia 13 tahun yang diteriaki, para peneliti juga menemukan peningkatan gejala depresi. Banyak penelitian lain juga menunjukkan hubunganantara pelecehan emosional dan depresi atau kecemasan. Jenis gejala ini dapat memperburuk perilaku dan bahkan dapat berkembang menjadi tindakan yang merusak diri sendiri, seperti penggunaan narkoba atau peningkatan aktivitas seksual yang berisiko.

4. Berpengaruh pada kesehatan fisik

Pengalaman yang kita miliki saat tumbuh membentuk kita dalam banyak hal, beberapa di antaranya bahkan mungkin tidak kita sadari. Stres di masa kanak-kanak dari orangtua yang melakukan pelecehan verbal berupa teriakan/bentakan dapat meningkatkan risiko anak untuk masalah kesehatan tertentu ketika ia dewasa.

5. Berteriak bisa memicu sakit kronis

Sebuah studi menemukan hubungan antara pengalaman masa kanak-kanak yang negatif, termasuk pelecehan verbal dan jenis pelecehan lain dan perkembangan kondisi kronis yang menyakitkan. Kondisi tersebut termasuk artritis, sakit kepala parah, masalah punggung dan leher, dan nyeri kronis lainnya.

Tidak ada kata terlambat untuk membuat perubahan dalam perilaku pengasuhan atau mempelajari beberapa teknik baru. Anak-anak yang memiliki hubungan emosional yang kuat dengan orangtuanya cenderung lebih mudah untuk didisiplinkan. Ketika anak-anak merasa aman dan dicintai tanpa syarat, mereka akan lebih menerima dialog dan mendengarkan sebelum konflik meningkat menjadi episode teriakan kemarahan yang memicu lingkaran setan tak berkesudahan.

Referensi:

https://www.healthline.com/health/parenting/yelling-at-kids#TOC_TITLE_HDR_1

NIH.Child Dev. 2010 March ; 81(2): 487–502. doi:10.1111/j.1467-8624.2009.01409.x.

https://www.healthline.com/health/parenting/effects-of-yelling-at-kids#1.-Yelling-makes-their-behavior-problems-get-worse

https://www.webmd.com/parenting/features/stop-yelling-at-your-kids#1