Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Pemrograman Janin: Persiapkan Nutrisi Bunda Sejak Dini

Oleh lulukria 15 Mar 2012

Pemrograman janin? Apa itu? Bayi kok diprogram-progam, memangnya robot?! Wah, sabar dulu Bunda! Coba simak cerita di bawah ini:

Para ahli kesehatan di dunia telah meneliti mengenai perkembangan penyakit di seluruh dunia. Dan mereka menyimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan angka-angka kejadian penyakit degeneratif di seluruh dunia. Penyakit degeneratif adalah istilah medis untuk menyebut penyakit-penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel-sel tubuh seiring bertambahnya usia. Contoh penyakit degeneratif antara lain: jantung, hipertensi, diabetes dan lainya.

Kasus-kasus kematian akibat penyakit jantung, diabetes ataupun hipertensi ini diketahui meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang. Bahkan penyakit jantung koroner (PJK) ini menjadi penyebab kematian pertama di seluruh dunia(1). Badan Kesehatan Dunia juga menyataka bahwa  Indonesia menduduki posisi nomer 4 untuk jumlah penderita diabetes di seluruh dunia. Tidak berbeda jauh, hipertensi juga mengalami kenaikan yang signifikan, dialami 1 dari 4 orang dan menjadi penyabab kematian 1 dari 7 orang dewasa(2).

Lalu apa hubunganya dengan Bunda? Jadi begini Bunda, banyaknya peningkatan kasus tersebut menyebabkan para ahli dan tenaga kesehatan meneliti lebih jauh mengenai penyakit degeneratif ini. Apakah kiranya penyebabnya? Yang umum sering kita dengar, bahwa penyakit ini muncul karena menuanya sel-sel tubuh, karena memang kebanyakan ditemukan setelah kita berusia lanjut. Penelitian lainya mengatakan bahwa penyakit ini muncul akibat gaya hidup yang salah di masa yang lebih muda, yaitu pada usia dewasa atau remaja. Akan tetapi, salah satu penelitian yang memberikan sudut pandang terbaru mengatakan bahwa penyakit degeneratif ini dimulai sejak masa yang jauh lebih dini dari masa remaja maupun kanak-kanak, yaitu masa sejak janin dalam kandungan(3). Wah, tidak menyangka bukan?

Seperti yang kita ketahui, Orang dewasa dapat memenuhi kebutuhan nutrisi  sendiri. Kita dapat memilih jenis dan jumlahnya karena kita dapat mengaksesnya. Sementara janin dalam kandungan, sepenuhnya bergantung terhadap nutrisi yang disediakan oleh Bunda, yaitu lingkungan rahim tempat janin berada. Namun bila terjadi kekurangan atau Bunda tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang ia perlukan melalui plasenta maka janin akan melakukan sejumlah adaptasi agar tetap dapat bertahan hidup dengan kondisi yang minimal(4).

Pemrograman Janin

Kekurangan nutrisi di masa kehamilan identik ditandai dengan berat badan lahir bayi yang kurang (<2,5kg). Kekurangan nutrisi di masa janin ini akan sangat menghambat sel-sel janin yang sedang melakukan perubahan fungsi, bertambah besar dan bertambah banyak. Organogenesis atau pembentukan organ terjadi pada trismester pertama kehamilan. Pembentukan otak, jantung, pembuluh darah, ginjal sebagian besar sudah selesai  di trismester ini. Trismester berikutnya adalah masa bertambah besar dan panjang yang disebut masa pertumbuhan cepat. Apabila terjadi krisis nutrisi di masa-masa pertumbuhan dan perkembangan yang kritis ini maka akan terjadi gangguan struktur, fungsi dan metabolisme janin yang bersifat menetap, jangka panjang dan tidak dapat kembali ke sedia kala bahkan sampai janin tumbuh dewasa sehingga menjadi pemicu penyakit degeneratif di kemudian hari(5).

Peristiwa di atas dikenal dengan nama Teori Pemrograman Janin atau bahasa kerennya “Fetal Programming Theory”. Seorang peneliti dari Inggris bernama Profesor Barker yang pertama kali meneliti hal ini pada tahun 1989. Pada tahun 2010, majalah Time menyebut teori ini sebagai sebagai “Ilmu Baru” yang sekarang sudah dikenal dan diterima secara luas di masyarakat(6).

Menurut teori ini, hipertensi terjadi karena kekurangan elastin, sejenis protein lapisan pembuluh darah yang mempengaruhi kelenturan, di awal pembentukan janin. Akibat kurang nutrisi dalam kandungan membuat pembuluh darah kaku yang juga merupakan faktor penyebab penyakit jantung. Hal yang hampir sama terjadi pada Diabetes. Akibat nutrisi yang kurang, otot yang kecil pada bayi mengakibatkan gangguan kemampuan insulin untuk memanfaatkan gula ke otot rangka(3)(4)(5).

Jadi tambah informasikan Bunda? Ternyata peribahasa “kasih Bunda sepanjang masa” itu benar adanya. Penjagaan Bunda sejak dalam kandungan, juga akan menjaga buah hati hingga kemudian hari. Dengan mencegah terjadinya “Fetal Programming” atau “Pemrograman Janin” yang berimbas di masa depan, akan mengurangi resiko penyakit degeneratif buah hati kita kelak. Lalu apa yang perlu Bunda persiapkan sejak dini? Tentu saja kita harus melindungi nutrisi dan kesehatan Bunda sebelum dan selama kehamilan serta menjaga pertumbuhan janin. Mempersiapkan nutrisi Bunda dan janin sedini mungkin adalah salah satu langkah untuk mempersiapkan generasi yang sehat.

Seberapa banyak yang harus dikonsumsi?

Energi

Secara umum kebutuhan untuk metabolisme ketika hamil adalah sekitar 75.000 kkal yang dibagi dalam waktu 250 hari kehamilan. Sehingga tambahan kebutuhan energi sebesar 300 kkal/hari (7). 300 kkal kurang lebih setara dengan penambahan porsi satu kali makan. Jumlah tersebut adalah untuk mendukung kenaikan berat badan Bunda. Pada trismester I disarankan kenaikan BB sebanyak 1 kg, 3 kg pada trismester ke II dan 6 kg pada trismester terakhir. Sehingga kenaikan berat badan apabila Bunda memiliki status gizi normal adalah antara 10-12 kg(8). Rincian kenaikan berat badan ini antara lain untuk pertumbuhan janin, plasenta, cairan amnion, membran, tambahan darah, lemak, air di jaringan tubuh, uterus (rahim) dan kelenjar payudara.

Protein

Menurut Widya Karya Pangan dan Gizi, dianjurkan penambahan protein saat hamil adalah 12 gram per hari. Sementara WHO menganjurkan untuk konsumsi protein sebanyak 1 gram  per kgBB/hari(7). Akan tetapi dalam mengkonsumsi protein ini kita perlu memperhatikan nilai biologis dan daya cerna protein. Nilai biologis adalah jumlah persentase makanan yang dapat digunakan tubuh. Sementara mutu daya cerna adalah persentase protein makanan yang dapat dicerna usus. Hal ini perlu kita perhatikan karena tidak semua makanan sumber protein seperti tahu, tempe, telur, susu, daging dan lainya dapat dimanfaatkan tepat seperti jumlah yang dikandungnya. Makin rendah nilai protein maka makin besar jumlah bahan makanan sumber protein yang diperlukan. Nilai biologis dan mutu cerna protein dari sumber nabati misalnya, cenderung lebih rendah daripada sumber hewani. Sehingga konsumsi sumber protein nabati diperlukan lebih banyak untuk nilai protein yang sama pada sumber hewani. Jika Bunda mengami gejala-gejala kesulitan seperti mual dan muntah maka suplementasi makanan seperti dengan susu perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas diet Bunda. Bagi Bunda yang ingin mengoptimalkan pasokan nutrisi, selain memiliki nilai biologis dan mutu cerna yang baik, susu umumnya diperkaya nutrisi pendukung lainya.

Nutrisi Pendukung

Bunda, jangan lupakan pula nutrisi pendukung yang tidak kalah penting untuk mencegah penyakit pada janin. Konsumsi asam folat diperlukan untuk mencegah gangguan terhadap otak dan tulang belakang yang sering disebut Neural Tube Defect dan Spina Bifida. Zat besi diperlukan untuk mencegah anemia pada ibu hamil. Besi digunakan untuk pembuatan hemoglobin se sel darah merah karena kebutuhan volume darah meningkat. Besi juga mengurangi resiko bayi lahir dengan berat badan rendah. Zat besi ini baik dikonsumsi besma vitamin C untuk penyerapan yang lebih maksimal. Kalsium dan vitamin D diperlukan untuk pembentukan tulang. Iodium penting untuk pembentukan hormon tiroid dan sel syaraf di otak yang berperan pada intelektual anak(9). Sudahkah makanan sehari-hari Bunda mengandung itu semua? Kesehatan Bunda adalah penentu kesehatan janin di masa depan. Jadi Bunda, mari mempersiapkan nutrisi buah hati sejak dini!

Sumber Pustaka:

(1) WHO. 2008. The Top 10 Causes of Death. Diakses dari www.who.org

(2) www.who.org

(3) Godfrey dan Barker. 2000. Fetal Nutrition and Adult Disease. Am J Clin Nutr 71: 1344S-52S.

(4) Godfrey dan Barker. 2001. Fetal Programming and Adult Disease. Public Health Nutrition 4 (2B), 611-624.

(5) Drake dan Walker. 2004. The Intergenerational effect of fetal programming. Journal of Endrocrinology 180,1-6.

(6) www.thebarkertheory.org

(7) Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

(8) Pudjiadi. 2007. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

(9) Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.