Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 27 Nov 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 27 Oct 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 16 Oct 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 22 Jan 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 14 May 2020
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 02 May 2020
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 02 May 2020
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 12 Jun 2019
Tanya Ahli
Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.
Peran Ibu Dalam Menyiapkan Pemimpin Masa Depan
Oleh Arif Rahman 21 Oct 2013

Generasi cerdas dan kuat serta bermoral baik harus lahir dibumi pertiwi untuk menepis kekhawatiran akan masa depan bangsa dan negara Indonesia. Generasi ideal seperti itulah yang akan mampu mengelola negara beserta sumberdaya alamnya dan memimpin rakyat Indonesia yang majemuk serta menjadikan Indonesia sebagai negara adidaya dunia yang disegani.
Untuk melahirkan generasi ideal, maka sejak sekarang kita perlu mengupayakan peletakan pondasi ideal bagi anak sehingga nantinya anak-anak Indonesia (tanpa kecuali) menjadi manusia sehat dan kuat secara jasmani, cerdas dankuat dalam berpikir, memiliki budi pekerti serta mental yang baik dan kuat.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan generasi penerus bangsa perlu dilakukan pendidikan sejak usia dini agar melahirkan pemimpin-pemimpin masa depan handal di segala aspek. Maka dari itu, semua elemen bangsa harus dilibatkan dalam menyiapkan pemimpin masa depan. Salah satunya adalah dengan melibatkan orangtua calon pemimpin masa depan dan lebih khususnya dalam hal ini adalah melibatkan sang ibu.
Mengapa harus sang ibu? Karena sebagaimana kita ketahui bahwa sejak dari dalam kandungan, sadar atau tidak sang calon pemimpin masa depan yang dikandung oleh sang ibu secara alamiah sudah ada ikatan yang kuat dengan sang bunda. Maka dari itu, peran Sang Bunda sangat diperlukan sebab segala tingkah laku Sang Ibu baik atau buruk akan berpengaruh pada pertumbuhan Sang anak mulai dalam kandungan sampai dewasa nanti.
Dijaman modern ini, masih banyak orangtua yang berpikir bahwa membahagiakan anak adalah dengan menuruti semua kemauan serta perintah sang anak. Padahal, menurut saya hal ini akan berakibat fatal dimasa yang akan datang karena hal tersebut akan menjadi bumerang bagi sang anak. Bagaimana pun keadaan kita, kedisiplinan perlu diterapkan pada sang anak walaupun dalam pelaksanaannya banyak anak tidak senang dengan kedisiplinan yang diterapkan oleh orangtuanya. Tetapi inilah proses agar sang anak kelak menjadi mandiri, bertanggungjawab dan bisa menjadi pemimpin masa depan seperti yag diharapkan.
Selain menerapkan disiplin pada sang anak, orangtua juga harus bisa menjadi yang baik kepada sang anak. Dengan menunjukkan sikap teladan kepada sang anak, hal tersebut tidak hanya berguna saat sang anak masih kecil tetapi akan bermanfaat juga saat mereka dewasa nanti.
Tidak bisa dipungkiri bahwa menjadi teladan yang baik bagi anak tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Tetapi bila perilaku positif sudah jamak dilakukan dalam kehidupan keseharian maka teladan bisa diberikan bahkan tanpa perlu bersusah payah. Orang tua dapat memberi contoh kepada anak bagaimana berperilaku yang baik seperti tidak suka berbohong, bersifat adil, mencintai sesama, tekun belajar, berdisiplin dan lain lain.
Dalamproses pendisiplinan, hindari menggunakan kekerasan, baik lewat tindakan fisik seperti memukul atau mencubit, ataupun memarahi dengan kata-kata kasar. Berikut ini beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan oleh orangtua dalam menerapkan kedisiplinan terhadap anak.
MEMAHAMI ANAK
Kita semua tahu bahwa karakter atau kepribadian anak merupakan hasil perkawinan dari kedua orangtua. Dalam hal ini, pembawaan genetis anak adalah warisan dari orangtuanya. Untuk itu dalam mendidik dan membangun karakter anak, kita harus memahami, melakukan pendekatan yang bersifat personal dan mempertimbangkan kepribadian dasarnya. Dengan demikian, sang anak akan merasa dirinya diterima dan dimengerti serta akan mampu mengembangkan dirinya dengan baik.
Mulailah Dengan Hal-Hal Yang Mudah
Dalam menerapkan kedisiplinan kepada anak, orangtua harus menyesuaikan dengan perkembangan usia sang anak. Contoh hal-hal mudah yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti mengatur waktu makan, kapan waktu belajar, bermain, istirahat dan lain sebagainya.
Jangan Terbiasa Menerapkan Kata “Tidak” dan Memukul Anak
Sebagai orangtua tentu mengharapkan anak yang santun, berakhlak mulia, cerdas dan lain sebagainya. Hal itu akan tercapai apabila orangtua dalam mendidik anak harus berhati-hati dan lebih teliti, salah satunya dalam tutur kata. Sadar atau tidak banyak orangtua dengan gampangnya mengatakan “tidak” untuk apapun dengan yang anak lakukan saat masih balita. Akibatnya, hal tersebut akan membuat sang anak berpikir bahwa apapun yang akan dilakukannya tidak akan pernah disetujui. Dan hal ini terbawa-bawa mulai dari balita sampai dewasa kelak. Untuk itu, biarkanlah anak anda melakukan apa yang mereka sukai asal tidak berbahaya dan tuntunlah kearah yang lebih baik saat melakukan hal yang tidak diinginkan.
Selain itu, saat anak anda melakukan kesalahan, janganlah anda langsung menghukum sang anak dengan memukulnya. Jika anda terbiasa memukul sang anak, hal tersebut akan membuat sang anak takut kepada anda dan bukan tidak mungkin saat dewasa kelak akan memberontak serta melawan. Maka dari itu usahakanlah menegur, menasihati dan jika menghukumnya, berikanlah hukuman yang positif, yang kreatif dan bisa membuat kepribadian anak menjadi lebih baik.
Tetap Konsisten
Bereaksilah terhadap semua situasi dengan cara yang sama sehingga sang anak akan bertindak sesuai dengan hal tersebut. Mereka mungkin akan bingung, jika Anda tidak konsisten dan bertindak berbeda dalam setiap situasi.
Beritahu Konsekuensinya
Jangan hanya melarang atau mengatur anak, tetapi jelaskan pada mereka konsekuensinya jika melakukan hal tersebut. Anak juga perlu diajari memahami konsekuensi jika mereka tidak menaati aturan. Konsekuensi ditujukan untuk meningkatkan kesadaran.
Beri dorongan
Bila anak berperilaku positif dan disiplin, berikan penghargaan. Bisa berupa pujian, pelukan, atau mengijinkan anak melakukan aktivitas yang disukainya. Misalnya jika ia sudah mengerjakan PR-nya baru anak boleh menonton acara kartun kesukaannya.
Demikianlah apa yang bisa saya tuliskan dari hasil pengalaman dan pengamatan saya sebagai sang anak.
Makassar, 19 Oktober 2013
Arif Rahman
Penulis