Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

SURAT IBU UNTUK CALON JENDERAL (ATAU PRESIDEN…ATAU SENIMAN…ATAU APAPUN)

Oleh Tyas Wardoyo 19 Sep 2013

Akbar, kehadiranmu di kehidupan Ibu adalah anugerah Allah yang luar biasa. Yang tidak pernah bisa terungkapkan dalam kata-kata dalam tiap doa syukur Ibu. Setelah Ibu dan Bapak tahu, Allah menitipkan janin kecil dalam rahim Ibu, saat itu juga kami tersadar betapa terhormatnya kami menerima amanah dari Allah. 

Ibu pernah membaca dalam sebuah surat RA. Kartini, seorang Ibu adalah madrasah yang pertama dan terutama untuk seorang anak. Pastilah itu benar, seperti halnya ibu Thomas Alfa Edison atau ibu Abraham Lincoln, barangkali tidak pernah terlintas di benak mereka kalau anak-anak mereka akan jadi penemu terkenal dan presiden yang cerdas dan halus budinya. Mereka hanya berusaha memberikan yang terbaik untuk buah hatinya, dengan teladan, usaha, dan doa.

Maka sejak dari kandungan, Ibu (dan juga Bapak) mulai menimba ilmu dari buku, internet, orang tua, darimana saja, agar Akbar tumbuh sempurna sejak dalam kandungan. Tak hanya belajar, Ibu dan Bapak berusaha menanamkan kebiasaan baik saat Akbar masih dalam kandungan. Ah, Ibu yakin kelak Akbar akan jadi insan yang mandiri, bukankah sembilan bulan penuh Akbar membantu Ibu menghadapi masa-masa kehamilan jauh dari Bapak. Kita berdua naik motor matic saat Ibu berangkat dan pulang kerja, dalam cuaca cerah maupun saat hujan deras dan hujan abu hehe… Ibu yakin, Akbar juga akan jadi insan penyabar. Meski ibu sudah merasa mulas karena kontraksi berhari-hari, Akbar baru mau lahir setelah ditunggui Bapak. Subhanallah :).

Kehadiran Akbar di dunia hampir dua tahun lalu tidak membuat Ibu dan Bapak berhenti belajar. Justru kehadiran Akbar, membuat Ibu dan Bapak makin bersemangat untuk belajar menjadi orang tua yang baik.

Kami yakin setiap manusia di dunia ini adalah pemimpin di masa depan. Maka kami ingin Akbar memiliki bekal yang cukup. Jangan heran kalau Ibu begitu semangat membelikan Akbar berbagai buku, bahkan saat Akbar belum bisa duduk dengan tegak. Karena Ibu dan Bapak ingin Akbar memiliki kecintaan pada ilmu pengetahuan, seperti kami teladani dari perkataan khalifah Umar bin Khatab “Pintarlah dulu sebelum jadi pemimpin”.

Menjadi impian Ibu dan Bapak, agar Akbar bisa memperoleh pendidikan terbaik. Memperoleh akses pendidikan setinggi-tingginya. Maka kehadiran Akbar, menjadi penyemangat kami untuk bekerja dengan tekun dan penuh dedikasi. Bapak dan Ibu percaya, dari tetesan keringat yang halal, ada ridho Allah untuk setiap langkahmu kelak. Tenang, meski kami bukan konglomerat tapi kami yakin kami mampu mengantarmu memperoleh pendidikan terbaik. Sejak Akbar lahir, sudah kami siapkan tabungan dan investasi pendidikan untukmu. Mudah-mudahan Allah meridhoi niat kami ini. Amin.

Maafkan Ibu, bila Ibu kadang terlalu “cerewet”. “Memaksa” Akbar untuk belajar makan sendiri begitu Akbar bisa duduk tegak. Lalu mengajak Akbar menggosok gigi bahkan sebelum gigimu genap sepuluh buah :). Hal sederhana inilah yang bisa Ibu lakukan untuk mengajari Akbar disiplin sedari kecil. Ibu yakin, tidak ada pemimpin besar yang lahir tanpa disiplin.

Ibu tidak keberatan jika kelak Akbar menjadi Jenderal atau Presiden. Ibu juga tidak keberatan bila Akbar ingin jadi seniman atau atlet. Jadilah apa yang kamu inginkan. Tapi Akbar harus tahu, yang ingin Ibu banggakan dari Akbar, bukanlah berapa banyak bintang di pundakmu atau berapa milyar harga mobilmu kelak. Ibu ingin Akbar menjadi pemimpin yang baik untuk diri sendiri, yang mampu menghadapi setiap tantangan hidup dengan iman yang kuat, yang disegani karena ilmunya yang bermanfaat, yang dihormati karena kebaikan dan kerendahan hatinya, yang memegang teguh janji dan kejujuran, dan yang senantiasa dirindukan dimana pun Akbar berada. Tidak lupa, seperti harapan dan doa kami, agar engkau peduli pada kesejahteraan orang lain seperti nama yang kami sematkan untukmu “Akbar Parahita”.

Saat itu masih lama (tapi tidak juga terlalu lama),  jalanilah hari-harimu dengan keceriaan. Bermainlah. Nikmati masa kanak-kanakmu dengan bahagia. Lihatlah dunia. Bapak dan Ibu akan berusaha ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.

We love you, Akbar.