Fakta Menarik Kelahiran Prematur, Kenali Gejala dan Solusinya

Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 04 Nov 2021

Diperkirakan 15 juta bayi lahir prematur alias terlalu dini setiap tahun. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, sekitar 1 juta anak meninggal setiap tahun karena komplikasi kelahiran prematur. Banyak penyintas menghadapi ancaman kecacatan seumur hidup, termasuk ketidakmampuan belajar, masalah penglihatan dan pendengaran.

Dikutip dari laman WHO, secara global, prematuritas adalah penyebab utama kematian pada anak di bawah usia 5 tahun. Di negara berpenghasilan rendah setengah dari bayi yang lahir pada atau di bawah 32 minggu (2 bulan lebih awal) meninggal karena kurangnya perawatan yang layak dan hemat biaya, seperti kehangatan, dukungan menyusui, dan perawatan dasar untuk infeksi dan kesulitan bernapas. WHO menyebut, di negara-negara berpenghasilan tinggi, hampir semua bayi ini bertahan hidup.

Sebaliknya, penggunaan teknologi yang tidak optimal di negara berpenghasilan menengah menyebabkan peningkatan beban kecacatan di antara bayi prematur yang bertahan hidup pada periode neonatal.

Dilihat dari definisinya, kelahiran prematur adalah kelahiran bayi sebelum usia kehamilan 37 minggu. WHO menyebut, ada subkategori kelahiran prematur, berdasarkan usia kehamilan: Sangat amat prematur/extremely premature (kurang dari 28 minggu), sangat prematur (28 hingga 32 minggu), dan prematur sedang (32-37 minggu).

Bayi prematur mungkin lahir dengan masalah kesehatan yang serius. The American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menyatakan, beberapa masalah kesehatan, seperti cerebral palsy, bisa berlangsung seumur hidup. Masalah lain, seperti ketidakmampuan belajar, mungkin muncul kemudian di masa kanak-kanak atau bahkan di masa dewasa,

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), menyatakan bayi yang lahir terlalu dini (terutama sebelum 32 minggu) memiliki tingkat kematian dan kecacatan yang lebih tinggi. Data CDC menyebut, pada tahun 2018, kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah menyumbang sekitar 17% kematian bayi (kematian sebelum usia 1 tahun). Sedangkan bayi yang bertahan hidup mungkin memiliki masalah kesehatan sehingga membutuhkan perawatan ekstra.

Menurut WHO, komplikasi kelahiran prematur adalah penyebab utama kematian pada anak di bawah usia 5 tahun, bertanggung jawab atas sekitar 1 juta kematian pada tahun 2015. Tiga perempat dari kematian ini dapat dicegah dengan intervensi hemat biaya saat ini.

Persalinan prematur dapat terjadi pada siapa saja tanpa peringatan. Namun ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko persalinan prematur, antara lain: Kelahiran prematur pada kehamilan sebelumnya, memiliki serviks yang pendek di awal kehamilan, kondisi atau operasi ginekologi sebelumnya, serta komplikasi kehamilan saat ini.

Mengapa bisa terjadi kelahiran prematur? Ini pertanyaan yang kerap ditanyakan oleh para ibu. Jawabnya: Kelahiran prematur terjadi karena berbagai alasan. Sebagian besar kelahiran prematur terjadi secara spontan, namun ada juga yang disebabkan oleh induksi dini persalinan atau kelahiran Caesar, baik karena alasan medis maupun non-medis.

Penyebab umum kelahiran prematur termasuk kehamilan ganda, infeksi dan kondisi kronis seperti diabetes dan tekanan darah tinggi; namun, sering kali tidak ada penyebab yang teridentifikasi. Mungkin dalam hal ini ada juga pengaruh genetik.

Lantas di wilayah mana saja yang paling banyak mengalami kejadian kelahiran prematur? Menurut data WHO, lebih dari 60% kelahiran prematur terjadi di Afrika dan Asia Selatan, tetapi kelahiran prematur benar-benar merupakan masalah global. Di negara-negara berpenghasilan rendah, rata-rata 12% bayi lahir terlalu dini dibandingkan dengan 9% di negara-negara berpenghasilan tinggi. Dari semua hal ini yang perlu digarisbawahi adalah keluarga miskin berada pada risiko yang lebih tinggi.

Indonesia, menurut data WHO, berada di daftar 10 negara dengan jumlah kelahiran prematur terbanyak, yaitu di posisi ke lima setelah India, Cina, Nigeria dan Pakistan.

Tanda Persalinan Prematur

Kontraksi persalinan prematur menyebabkan perubahan pada serviks. Perubahan tersebut meliputi penipisan (penipisan serviks) dan pelebaran (pembukaan serviks). Tanda dan gejala persalinan prematur dikutip dari laman ACOG di antaranya:

1. Kram perut ringan, dengan atau tanpa diare.

2. Perubahan jenis keputihan, yakni berair, berdarah, atau berlendir.

3. Peningkatan jumlah cairan dari vagina.

4. Tekanan panggul atau perut bagian bawah disertai sakit punggung konstan.

5. Muncul kontraksi yang teratur atau sering atau pengencangan rahim, sering kali tanpa rasa sakit.

6. Selaput pecah (air ketuban pecah dengan semburan atau tetesan cairan)

Ibu hamil yang memiliki tanda atau gejala persalinan prematur harus secepatnya menghubungi klinik/rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis.. Persalinan prematur didiagnosis ketika perubahan pada serviks ditemukan setelah kontraksi dimulai.

Menurut ACOG, dalam beberapa kasus, yakni sekitar 3 dari 10 wanita, persalinan prematur akan berhenti dengan sendirinya. Jika tidak berhenti, perawatan dapat diberikan untuk mencoba menunda kelahiran. Dalam beberapa kasus, perawatan ini dapat mengurangi risiko komplikasi jika bayi lahir.

Kabar baiknya, lebih dari tiga perempat bayi prematur dapat diselamatkan dengan perawatan yang layak dan hemat biaya, seperti perawatan penting segera setelah kelahiran bayi prematur dan pada periode pasca-kelahiran untuk setiap ibu dan bayi. Tindakan yang mungkin diberikan adalah perawatan kanguru (bayi digendong oleh ibu dengan kontak kulit ke kulit dan sering memberikan ASI), hingga pemberian antibiotik untuk mengobati infeksi bayi baru lahir.

Pencegahan Kelahiran Prematur

Mencegah kelahiran prematur tetap menjadi tantangan karena ada banyak penyebab kompleks dan tidak selalu dipahami dengan baik. Namun, ibu hamil dapat mengambil langkah-langkah penting untuk membantu mengurangi risiko kelahiran prematur dan meningkatkan kesehatan secara umum.

Berikut langkah-langkah mengurangi risiko kelahiran prematur dikutip dari laman ACOG dan CDC: Berhenti merokok, hindari alkohol dan obat-obatan, dapatkan perawatan selama kehamilan, mintalah bantuan medis jika muncul tanda-tanda peringatan atau gejala persalinan prematur. Bicarakan dengan dokter atau penyedia layanan kesehatan lainnya tentang penggunaan pengobatan progesteron jika ibu hamil pernah melahirkan prematur sebelumnya

WHO telah mengembangkan pedoman baru dengan rekomendasi untuk meningkatkan hasil yang lebih baik pada kelahiran prematur. Serangkaian intervensi kunci ini dapat meningkatkan peluang kelangsungan hidup dan prospek kesehatan yang lebih baik untuk bayi prematur.

Pedoman tersebut mencakup intervensi yang diberikan kepada ibu – misalnya suntikan steroid sebelum kelahiran, antibiotik saat ketuban pecah sebelum permulaan persalinan, dan magnesium sulfat untuk mencegah gangguan neurologis anak di masa depan. Juga intervensi untuk bayi yang baru lahir – misalnya perawatan termal, dukungan makan, perawatan kanguru (kontak kulit ke kulit antara ibu/ayah dengan bayi prematur), penggunaan oksigen yang aman, dan perawatan lain untuk membantu bayi bernapas lebih mudah.

Referensi

World Health Organizations. Preterm Birth.https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/preterm-birth. Diakses 17 Oktober 2021

Centers for Disease Control and Prevention. Preterm Birth.https://www.cdc.gov/reproductivehealth/maternalinfanthealth/pretermbirth.htm. Diakses 17 Oktober 2021

American College of Obstetricians and Gynecologists. Preterm Labor and Birth.https://www.acog.org/womens-health/faqs/preterm-labor-and-birth. Diakses 17 Oktober 2021