Yuk, Kenali Risiko Kehamilan di Atas Usia 30an

Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 06 Nov 2021

Banyak perempuan memutuskan menunda kehamilan dengan berbagai alasan, salah satunya meniti karir dan memantapkan posisi. Saat karir dan kehidupan sudah mapan, banyak calon ibu yang siap membina keluarga: Memiliki anak.

Namun bagi sebagian orang, hamil di usia 30an atau lebih merupakan hal yang menantang. The American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) pertambahan usia mungkin berperan besar dalam menentukan keberhasilan kehamilan. Institusi Kandungan dan Kebidanan Amerika ini menyebut, untuk pasangan sehat berusia 20-an dan awal 30-an, sekitar 1 dari 4 wanita akan hamil dalam satu siklus menstruasi, atau tidak mengalami hambatan berarti.

Namun peluangnya akan makin mengecil dengan bertambahnya usia, ACOG menyebut, pada usia 40, sekitar 1 dari 10 wanita akan hamil per siklus menstruasi. Bukan itu saja, kesuburan pria juga menurun seiring bertambahnya usia, tetapi tidak sepenuhnya dapat diprediksi.

Selain itu, wanita yang hamil di usia matang, atau disebut dengan kehamilan geriatri, memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi. Misalnya, wanita hamil di atas 40 tahun memiliki peningkatan risiko preeklamsia (gangguan kehamilan yang ditandai oleh tekanan darah tinggi dan kandungan protein yang tinggi dalam urin).

Dikutip dari laman WebMD, kehamilan geriatri merupakan istilah yang digunakan untuk memiliki bayi saat berusia 35 tahun atau lebih. Kehamilan geriatri juga dapat mempengaruhi kesehatan janin. Semakin bertambah usia, wanita cenderung memiliki lebih banyak masalah kesehatan daripada wanita yang lebih muda. Misalnya, tekanan darah tinggi lebih sering terjadi pada orang tua.

Memiliki tekanan darah tinggi sebelum kehamilan dapat meningkatkan risiko preeklamsia. Tetapi penelitian juga menunjukkan bahwa wanita yang lebih tua yang tidak memiliki kondisi kesehatan apa pun masih dapat mengalami kehamilan yang rumit.

Risiko Kehamilan di Atas 35 Tahun

Bukan hanya tergantung usia, karena sebenarnya masalah bisa muncul di kehamilan pada usia berapa saja. Namun risiko ini umumnya meningkat dengan bertambahnya usia. Ada sejumlah risiko yang bisa muncul bila hamil di atas usia 35, berikut di antaranya dikutip dari laman ACOG, Mayo Clinic dan WebMD:

1. Angka kesuburan menurun

Memutuskan kapan hamil dan punya anak adalah keputusan setiap pasangan. Namun demikian bagi pasangan yang ingin menunda kehamilan perlu memahami sejumlah hal. Hamil di usia yang lebih tua mungkin butuh waktu lebih lama. Setiap wanita dilahirkan dengan jumlah telur yang terbatas. Saat mencapai usia pertengahan hingga akhir 30-an, jumlah dan kualitas telur cenderung menurun.

Selain itu, sel telur wanita yang lebih tua tidak dibuahi semudah sel telur wanita yang lebih muda. Karenanya, bagi calon ibu berusia lebih dari 35 tahun dan belum bisa hamil selama enam bulan, pertimbangkan untuk meminta saran dari penyedia layanan kesehatan.

2. Tekanan darah tinggi

Penelitian menunjukkan tekanan darah tinggi yang berkembang selama kehamilan lebih sering terjadi pada wanita yang lebih tua. Dokter dapat membantu memantau tekanan darah, juga pertumbuhan dan perkembangan janin. Pertemuan dengan dokter mungkin perlu dilakukan lebih sering untuk mengantisipasi gangguan kehamilan yang mungkin muncul.

2. Diabetes gestasional

Diabetes gestasional hanya terjadi selama kehamilan, dan lebih sering terjadi seiring bertambahnya usia wanita. Kontrol ketat gula darah melalui diet dan aktivitas fisik sangat penting. Jika tidak ditangani, diabetes gestasional dapat menyebabkan bayi tumbuh di atas rata-rata sehingga dapat meningkatkan risiko cedera saat melahirkan. Diabetes gestasional juga dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur, tekanan darah tinggi selama kehamilan, dan komplikasi pada bayi setelah persalinan.

3. Masalah persalinan yang mengharuskan operasi Caesar

Hamil di usia matang memiliki risiko komplikasi terkait kehamilan yang lebih tinggi yang dapat menyebabkan persalinan harus dilakukan secara Caesar. Contoh komplikasi adalah suatu kondisi di mana plasenta menyumbat serviks (plasenta previa).

4. Risiko keguguran meningkat

Risiko keguguran dan bayi lahir mati meningkat seiring bertambahnya usia, mungkin karena kondisi medis yang sudah ada sebelumnya atau kelainan kromosom janin. Penelitian menunjukkan bahwa penurunan kualitas telur dikombinasikan dengan peningkatan risiko kondisi medis kronis seperti tekanan darah tinggi dan diabetes, dapat meningkatkan risiko keguguran.

5. Kehamilan ganda/lebih dari satu

Hamil di usia matang juga meningkatkan peluang untuk memiliki kehamilan ganda. Peluang memiliki anak kembar meningkat seiring bertambahnya usia karena perubahan hormonal yang dapat menyebabkan pelepasan banyak sel telur pada saat yang bersamaan. Penggunaan teknologi reproduksi berbantuan – seperti fertilisasi in vitro – juga dapat berperan dalam kehamilan lebih dari satu.

6. Melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah

Hamil di usia matang meningkatkan peluang untuk memiliki bayi dengan berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur. Bayi prematur, terutama yang lahir paling awal, sering kali memiliki masalah medis yang rumit.

7. Risiko kelainan kromosom pada bayi meningkat

Bayi yang lahir dari ibu yang lebih tua memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah kromosom tertentu, seperti sindrom Down.

Sementara penelitian lebih lanjut diperlukan, studi penelitian menunjukkan bahwa usia pria pada saat pembuahan - usia ayah - juga dapat menimbulkan risiko kesehatan bagi anak-anak.

Namun menunda kehamilan bukannya tidak memiliki ‘kebaikan’. Dikutip dari WebMD, studi telah menunjukkan ibu yang memiliki anak di usia matang cenderung memiliki pendidikan lebih baik dan memiliki pendapatan lebih tinggi, sehingga mereka mungkin memiliki lebih banyak sumber daya dalam pengasuhan anak, sehingga mendorong anak-anak mereka dalam kondisi lebih baik.

Bila kehamilan di atas usia 30an merupakan pilihan, atau memang baru bisa hamil di usia ini, diskusikan dengan dokter terkait perawatan kehamilan. Pastikan untuk mengonsumsi makanan yang sehat, menambah berat badan sesuai saran dokter, tetap aktif, hindari zat berisiko (alkohol, tembakau, dan obat-obatan yang tidak disarankan dokter), serta pengujian prenatal untuk kelainan kromosom, jika memungkinkan.

Tak kalah penting adalah mendapatkan perawatan kehamilan kehamilan sedini mungkin, misalnya sejak usia kehamilan 8 minggu, untuk meningkatkan peluang memiliki kehamilan yang aman dan melahirkan bayi yang sehat. Perawatan kehamilan mencakup skrining, pemeriksaan rutin, edukasi kehamilan dan persalinan, serta konseling dan dukungan.

Referensi

Mayo Clinic. Pregnancy after 35: Healthy moms, healthy babies.https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/getting-pregnant/in-depth/pregnancy/art-20045756. Diakses 17 Oktober 2021

American College of Obstetricians and Gynecologists. Having a Baby After Age 35: How Aging Affects Fertility and Pregnancy. https://www.acog.org/womens-health/faqs/having-a-baby-after-age-35-how-aging-affects-fertility-and-pregnancy#:~:text=What%20are%20the%20chances%20of,age%2C%20but%20not%20as%20predictably. Diakses 17 Oktober 2021

WebMD. Geriatric Pregnancy.https://www.webmd.com/baby/guide/pregnancy-after-35#. Diakses 17 Oktober 2021