Alergi oh Alergi

Oleh Riesa Annisa Gustam 13 Mar 2012

Sejak saat seorang ibu dinyatakan positif hamil, ia sudah harus siap menjaga kesehatan dan memperhatikan setiap asupan gizi yang akan dikonsumsinya. Tidak hanya untuk dirinya sendiri, namun juga untuk calon bayi yang akan dikandungnya selama sembilan bulan ke depan.

Begitu juga dengan saya, setelah sebulan menikah, saya sangat berbahagia karena tak perlu menunggu lama, tespack yang saya coba dengan gemetaran itu menandakan garis dua. Karena ini anak pertama saya begitu antusias dan amat sangat bersemangat, mencari-cari informasi, menyusun menu-menu makanan terbaik agar kelak bayi saya sehat sampai dilahirkan nantinya.

Langkah awal saya adalah memilih susu untuk ibu hamil yang paling bagus, yang kandungan nutrisinya paling lengkap, yang serba lebih-lebih dan lebih. Namun hanya berselang sehari setelah meminum susu tersebut, bercak-bercak merah mulai muncul di daerah perut saya, mirip seperti biang keringat dan gatalnya minta ampun, saya sampai tak dapat tidur karenanya. Mulanya saya masih mengira, mungkin ini bawaan janin, wajar di awal kehamilan banyak gangguan yang menyertainya. Kecurigaan saya mulai muncul saat saya kembali mengkonsumsi susu hamil tersebut, dan gatalnya semakin menjadi-jadi. Saya memutuskan memeriksakan diri ke dokter kandungan, dokter malah mencurigai saya terkena Rubella (campak Jerman), jika bercaknya sampai menjalar ke punggung. Saya diminta tes darah. Saya menimbang-nimbang dan ragu, mungkin saja ini karena alergi, mengingat memang saya sudah sejak kecil mengidap alergi terhadap makanan laut.

Walaupun selama ini tidak alergi susu, bisa saja saat kehamilan alergi saya bertambah. Saya terpaksa menghentikan susu hamil yang saya konsumsi, dan hasilnya hanya menunggu sehari, bercak dan gatal di perut saya berangsur-angsur menghilang.

Saya kembali memeriksakan diri ke dokter kandungan, karena menurut pemahaman saya saat itu, dari mana nutrisi janin saya tercukupi jika saya tidak minum susu. Setelah berkonsultasi, akhirnya saya baru memengerti, nutrisi dan gizi lebih dari cukup saya dapatkan dari makanan. Saya telah terproganda bujuk rayu iklan, merasa tak bisa memenuhi nutrisi janin jika tak meminum susu. Apalagi saya yang samasekali tidak mengalami morning sickness alias mual dan muntah, hal ini cukup menguntungkan untuk saya lebih banyak mengkonsumsi makanan untuk pemenuhan nutrisi bagi janin.

Pada ibu hamil diperlukan gizi khusus, dan beberapa kebutuhan gizi tersebut dapat dipenuhi oleh makanan, seperti asam folat, protein,zat besi, zat seng (zinc), Aprotein,vitamin A dan C.

Kebutuhan tersebut terdapat pada :

  1. Sayur-sayuran berwarna hijau seperti, bayam, kangkung, selada, asparagus, brokoli.
  1. Kacang-kacangan, seperti kacang merah, kacang kedelai, kacang hijau, termasuk juga selai kacang.

 

  1. Biji-bijian, seperti gandum, beras, cereal, oatmeal, termasuk juga roti gandum

 

  1. Buah-buahan, seperti pepaya, nenas, jeruk, pisang, dan stroberi.

 

  1. Daging, seperti: hati, ginjal dan beberapa organ dalam hewani lainnya.

 

  1. Produk susu, seperti keju dan yogurt.

 

Selain itu dokter juga member saya suplemen makanan seperti vitamin, namun tak disarankan mengkonsumsinya setiap hari bagi saya, karena mengingat saya yang tak bermasalah dengan makanan, hingga bisa membuat peningkatan berat badan yang cukup drastis. Saya juga disarankan menghindari garam karena kaki saya sudah membengkak saat usia kandungan memasuki bulan keenam.

 

Walaupun mengkonsumsi makanan selama kehamilan untuk dua orang (ibu dan janinnya),bukan berarti makan tidak terkontrol, yang terpenting adalah kandungan makanan dalam jumlah yang cukup. Alhamdulillah, masa kehamilan saya jalani dengan baik, perkembangan janin baik dan bayi saya lahir dengan selamat tidak kurang satu apapun.

*cerita ini ditulis untuk mengikuti “Blog Writting Competition” Sari Husada Nutrisi untuk Bangsa”.