Ibu Hamil Bolehkah Berpuasa?

Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 13 May 2019

Sahabat NUB,

Berpuasa selama kurang lebih 30 hari menjadi ibadah yang dinantikan selama bulan suci Ramadan. Lantas bagaimana dengan ibu hamil, dapatkah mengikuti puasa sebulan penuh?

Hukum Islam memberi izin bagi wanita hamil dan menyusui untuk tidak berpuasa. Hari-hari puasa yang terlewatkan dapat ‘dibayar’ di kali lain. Jika tidak memungkinkan, ibu hamil atau menyusui dapat membayar ‘fidyah’ dengan menyediakan makanan bagi fakir miskin sebanyak puasa yang dilewatkan.

Namun tak sedikit ibu hamil yang memilih tetap berpuasa selama bulan Ramadan. Sebelum menjalankan puasa Ramadan, bumil disarankan untuk berkonsultasi dengan bidan atau dokter kandungan, diperiksa kondisi secara menyeluruh. Dokter akan mengidentifikasi kemungkinan komplikasi yang mungkin dihadapi ketika berpuasa, apakah membahayakan kesehatan ibu atau janin.

Apakah berpuasa memiliki dampak pada janin? Riset masih berlangsung terkait hal ini dan para ahli memiliki pendapat berbeda. Ada yang tidak menyarankan ibu hamil untuk berpuasa, berpegang pada bukti bahwa yang menunjukkan bahwa wanita hamil yang puasa selama bulan Ramadan mungkin memiliki plasenta yang lebih kecil, dan bayi dengan berat lahir sedikit lebih rendah, dibandingkan dengan bumil yang tidak berpuasa.

Alasan lain yang diutarakan adalah opasa juga dapat meningkatkan risiko dehidrasi, terutama jika Ramadan jatuh selama musim panas. Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi ginjal dan jumlah cairan di amnion.

Dampak puasa selama kehamilan mungkin lebih bergantung pada kesehatan ibu secara keseluruhan, tahap kehamilan dan waktu Ramadan (musim panas atau dingin – jika di negara 4 musim).

Riset menemukan bahwa ibu hamil yang berpuasa tidak mempengaruhi Skor Apgar pada bayi. Skor Apgar adalah sebuah metode yang hanya didesain untuk memudahkan dokter dalam menilai kondisi bayi yang baru lahir.

Lantas bagaimana jika ibu hamil tetap ingin berpuasa? Apabila berat badan ibu hamil dinyatakan sehat, biasanya dokter akan mengizinkan bumil berpuasa. Janin di dalam rahim membutuhkan nutrisi dari ibunya. Apabila tubuh bumil memiliki cadangan energi yang cukup, maka kecil kemungkinan puasa memberikan dampak pada si janin.

Kehamilan adalah waktu yang cukup berat bagi tubuh ibu, terutama dari sisi nutrisi dan cairan. Karena alasan inilah, jika bumil memutuskan untuk berpuasa selama Ramadan, pertimbangkan untuk berpuasa selama beberapa hari tetapi tidak lengkap sebulan. Sekali lagi tergantung kondisi tubuh ibu.

Mewaspadai Dehidrasi

Dehidrasi adalah sesuatu yang harus diwaspadai oleh bumil yang berpuasa, terutama jika Ramadan jatuh selama hari-hari musim panas yang panjang.

Merasa haus atau urin berwarna gelap bisa menjadi tanda awal dehidrasi, gejala lain mungkin termasuk pusing, sakit kepala, kelelahan, mulut kering dan jarang buang air kecil (kurang dari tiga atau empat kali sehari).

Apabila bumil merasa pusing, pingsan, lemah, bingung atau lelah selama puasa, bahkan setelah istirahat, maka segerakan berbuka dengan minuman manis, untuk menggantikan gula dan cairan yang hilang. Sertakan makanan asin untuk menggantikan garam yang hilang.

Ingatlah bahwa selama kehamilan, jumlah cairan yang dibutuhkan bumil dapat bertambah satu atau dua gelas ekstra sehari. Selain minum banyak cairan,konsumsilah buah-buahan, sayuran, sup dalam menu sahur untuk membantu menjaga bumil tetap terhidrasi. Hindari terlalu banyak mengonsumsi makanan asin saat sahur karena dapat memicu rasa haus.

Pastikan bumil tetap mengonsumsi suplemen (asam folat dan vitamin D) dan mengasup makanan bergizi seimbang selama Ramadan sehingga mendapatkan semua nutrisi yang dibutuhkan ibu dan janin.

Semoga membantu Bunda.

Referensi

https://www.nutrition.org.uk/healthyliving/nutritionforpregnancy/ramadanpregnancy.html

https://bmcpregnancychildbirth.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12884-018-2048-y

https://www.babycentre.co.uk/a1028954/fasting-in-pregnancy